Berita

Berita Seputar Sumatera Barat

BeritaKabupaten Padang Pariaman

Diduga Kelalaian Pihak Sekolah, Siswi SD di Padang Pariaman Terbakar hingga Meninggal Dunia

TVRI Sumatera BaratSosial 24 Mei 2024 JAM 19:10:30 WIB

PADANG PARIAMAN - Nasib malang dialami Aldelia Rahma (11), siswi SD di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) mengalami luka bakar yang diduga akibat kelalaian temannya di sekolah.

Peristiwa itu terjadi pada 23 Februari 2024 lalu saat kegiatan gotong royong. Aldelia mengalami luka bakar 80 persen. Selain itu, ia juga mengalami gizi buruk pasca terbakar.

Bocah malang ini meninggal dunia RSUP M Djamil Padang Lalu, Selasa, 21 Mei 2024 sore. Nyawa Aldelia tak terselamatkan meski berbagai langkah telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman.

Sekretaris Daerah Kabupaten Padang Pariaman, Rudy Repenaldi Rilis mengatakan bahwa sehari sebelum anak ini meninggal, ia sudah menerima kabar kondisi Aldelia kian memburuk.

Usai terbakar, Aldelia sempat menjalani perawat intensif di RSUP M Djamil Padang. Selama satu bulan menjalani perawatan, pihak rumah sakit memutuskan Aldelia telah bisa menjalani rawat jalan. 

Namun beberapa hari berada di rumah, Aldelia mengalami gizi buruk. Tubuhnya kian kurus. Ia terbaring lemah di tempat tidur sembari masih menahan sakit luka bakar.

"Pemerintah daerah mendapat kabar Aldelia mengalami gizi buruk dari sejumlah wartawan setempat yang melaporkan . Saat itu, langkah cepat langsung dilakukan," kata Rudy, Jumat, 24 Mei 2024.

Rudy menambahkan, pemerintah daerah telah mengambil tindakan dengan membawa Aldelia ke RSUD Padang Pariaman. Saat itu kondisinya sangat memperhatikan. 

"Selama di RSUD Padang Pariaman, kondisi gizi buruk yang dialami Aldelia berangsur membaik. Akan tetapi, karena Aldelia mengalami luka bakar yang cukup parah, makan diambil tindakan medis yang lebih jauh," ungkapnya.

Rudy mengungkapkan, selanjutnya Aldelia dirujuk ke RSUP M Djamil karena kondisi Aldelia kembali menurun. Memburuknya kondisi Aldelia secara medis, Rudy mengaku tidak begitu paham.

"Makanya saya minta pihak RSUD Padang Pariaman selalu memonitor, walaupun tidak bisa mengambil tindakan karena dirawat di RSUP M Djamil,” ujarnya.

"Beberapa hari berada di RSUP M Djamil, malang bagi Aldelia, ia akhirnya menghembuskan napas terakhirnya. Langsung kami kirim ambulans untuk mengantar jenazah anak ini ke kediamannya.

Sementara, Kasat Reskrim Polres Kota Pariaman, Iptu Rinto Alwi, mengatakan dalam insiden ini kepolisian menilai kuat dugaan adanya unsur kelalaian dari pihak sekolah karena kurangnya pengawasan oleh para guru.

"Berpotensi ada kelalaian pihak sekolah. Kami akan mintai pertanggungjawaban pidana, kami akan selidiki dan gelar perkara. Kami mintai keterangan dari pihak sekolah dan anak yang menyiram nanti,” kata Rinto.

Rinto mengungkapkan, untuk keluarga korban sudah dimintai keterangan. Dalam minggu depan, pemanggilan dilakukan terhadap pihak sekolah dan anak pelaku penyiraman.

"Karena baru dilaporkan dua, tiga hari, kasus masih dalam proses penyelidikan. Keluarga sudah kami mintai keterangan, untuk saksi-saksi mungkin dalam minggu depan," ujarnya.

Rinto  mengaku sangat miris dengan kejadian ini, apalagi adanya unsur pengawasan pihak sekolah yang kurang. Memang anak pelaku yang melakukan penyiraman dikenal jahil.

"Ini pelaku, kan anak-anak, sedikit nakal, saat membakar sampah, itu ada temannya mengambil botol mineral berisi minyak tanah (versi guru) ke lokal, sebelumnya digunakan juga untuk bakar sampah oleh seorang gurunya. Dibawa ke tempat sampah, direbut oleh anak pelaku ini, disemprotkan ke korban, api menyambar korban,” kata Rinto.

"Api menyambar kaki sampai baju korban. Korban lari ke kamar mandi, ternyata tertutup. Lari ke ruangan kelas. Diketahui oleh guru olahraga lalu mencoba memadamkan api dengan baju yang dipakai. Api padam," sambungnya.

Rinto menyebut, pihak kepolisian masih mendalami jenis bahan bakar apa yang disiram oleh anak pelaku. Karena dari pemeriksaan sementara, ada dua versi cerita yang berbeda.

"Versi berbeda, dari pihak sekolah minyak tanah yang sudah lama tersimpan. Versi saksi, macam-macam ada menyebutkan warna kuning dan hijau," kata  Rinto.

Menurut hasil pemeriksaan, lanjut Rinto, korban disuruh bersih-bersih oleh wali kelas dan guru olahraga karena keesokan harinya akan ada acara kelompok kerja guru (KKG).

"Anaknya disuruh bakar sampah. Besoknya ada acara KKG, jadi wali kelas dengan guru olahraga menyuruh untuk gotong royong, bersih-bersih dan bakar sampah," kata Rinto.

"Harusnya diawasi, tapi ini kurang. Awal gotong royong diawasi, tapi pas pembakaran, guru olahraga dan wali kelas sedang membersihkan kamar mandi. Kurang pengawasan. Yang suruh bakar kedua guru (wali kelas dan olahraga), inisiatif mereka," ujarnya.

Wartawan : Tio Furqon Pratama
Editor : REDAKSI PORTAL MEDIA BARU


❝❞ Komentar Anda

Berita Lainnya

Berita Terkini Seputar Sumatera Barat